Dolar melemah terhadap sejumlah mata uang lainnya dengan kondisi sektor tenaga kerja yang tidak sebagus perkiraan dan juga sentimen negatif dari bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB). Pemerintah AS dalam hal ini Departemen Keuangan, Federal Reserve dan Asuransi Deposit Federal (FDIC) menegaskan tidak akan melakukan bail out terhadap SVB tapi tetap memberikan sejumlah solusi bagi nasabah SVB dengan memberikan kesempatan untuk dapat menarik dananya hari Senin ini. Begitu pula dengan nasabah New York’s Signature Bank (SBNY) yang ditutup usahanya oleh otoritas keuangan New York. Kolapsnya SVB dikhawatirkan akan menjadi pemicu efek domino terhadap perbankan lainnya dan membuat stabilitas sistem keuangan di AS goyah sehingga Federal Reserve tidak akan gegabah melakukan kenaikan suku bunga acuan yang agresif. Selain itu data di sektor tenaga kerja juga mulai berlawanan arah dengan perkiraan semula, laporan Non-Farm Payroll meski naik 311K melampaui perkiraan 224K namun data periode sebelumnya direvisi turun dari 517K menjadi hanya 504K. Tingkat pengangguran juga meningkat dari 3.4% menjadi 3.6% dan upah rata-rata turun dari 0.3% menjadi 0.2%. Dari data-data ini menunjukkan sektor tenaga kerja mulai menurun dan tidak sesolid yang diperkirakan. Fed yang sebelumnya diperkirakan akan kembali mengambil langkah moneter yang agresif akan semakin memperburuk kondisi sistem keuangan yang mulai menurun ditandai oleh runtuhnya SVB. Akibat runtuhnya SVB, spekulasi akan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 50 bps anjlok drastis dari kisaran 70% menjadi hanya 17%. Dengan perkiraan Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps sebagai langkah yang lebih bijaksana. Meski dari perspektif FOMC, data berikutnya yang jadi pertimbangan adalah data inflasi CPI yang akan dirilis esok hari. Data penting pekan ini antara lain akan dirilis data Retail Sales, indeks manufaktur negara bagian New York dan Philadelphia serta dari Unuversity of Michigan berupa sentimen konsumen dan ekspektasi inflasi.
Euro naik tajam seiring sentimen negatif terhadap mata uang dolar dan didukung oleh langkah Bank Sentral Eropa (ECB) yang masih akan menaikkan suku bunga sebanyak 50 bps pada pertemuan moneter pekan ini. Fundamental ekonomi juga menunjukkan peluang inflasi masih cenderung naik di kawasan ini dengan peluang yang sangat besar ekonomi di kawasan ini terhidar dari resesi. ECB dijadwalkan akan melakukan pertemuan moneter mereka pada hari Kamis mendatang sedangkan data inflasi CPI baru akan dirilis pada hari Jumat berikutnya. Jika data inflasi masih cenderung naik maka diperkirakan ECB akan terus secara agresif menaikkan suku bunga acuannya dengan 50 bps pada pertemuan moneter berikutnya setelah pertemuan pekan ini. Hari ini tidak ada data ekonomi yang akan dirilis. Data ekonomi berupa industrial production akan dirilis pada hari Rabu, sedangkan data minor datang dari sejumlah negara anggota Uni Eropa seperti data inflasi di Prancis, data tenaga kerja dan data industrial production di Italia dan data indeks harga grosir di Jerman.
Poundsterling juga rebound seiring melemahnya mata uang dolar menjelang data sektor tenaga kerja dan pengumuman laporan anggaran belanja musim semi oleh Menteri Keuangan – Jeremy Hunt pada hari Rabu nanti. Meski laporan ini diperkirakan tidak akan berdampak banyak terhadap pandangan Bank Sentral Inggris (BOE) yang dijadwalkan pekan depan sehari setelah FOMC. BOE diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps dan masih terbuka peluang untuk kenaikan sekali lagi pada pertemuan moneter bulan berikutnya sebelum akhirnya menghentikan sama sekali siklus pengetatan moneternya. Laporan di sektor tenaga kerja akan dirilis esok hari.