Periode: 23 - 27 Mei 2022
What to Expect from OIL?
Minggu yang sangat volatile untuk perdagangan minyak. Baik WTI maupun Brent menunjukkan kenaikan tipis di hari Jumat tapi harga tetap sangat naik turun. Banyak indikator yang bemain dalam pergerakan dan meningkatnya kesuraman ekonomi minggu ini dan juga progres pembukaan kembali China hanya menambah variasi dari indikator berita tersebut.
Risikonya tetap naik ke atas dengan pembukaan kembali China dan kelanjutan proses embargo minyak Rusia oleh EU. Data minggu ini pun dari OPEC+ kembali mengecewakan. Kecuali jika ekonomi kembali “tersengal-sengal” anjlok, maka tidak ada banyak berita negatif untuk Minyak Mentah saat ini. Setidaknya tidak terlalu signifikan.
Harapan konvensional saat ini adalah bahwa sebagian besar dunia telah keluar dari pandemi kecuali China, oleh karena itu rantai pasokan bisa kembali normal. Sayangnya hal ini tidak terjadi. Dunia telah berubah secara permanen dan rantai pasokan akan menghadapi tantangan yang berkelanjutan selama beberapa dekade mendatang.
Di dunia yang diharapkan dengan prospek pengetatan pasokan, biaya energi yang lebih tinggi, risiko geopolitik yang meningkat, dan jaringan transportasi yang tegang, teknologi rantai pasokan yang canggih akan menjadi misi penting bagi lebih banyak perusahaan.
(Oilprice, marketpulse)
Terancam Resesi, Benarkah Bank Sentral Salah Langkah?
Ssetalah bangkit dari krisis yang cukup dalam akibat pandemi corona, ekonomi global kini menghadapi ancaman baru dengan kondisi inflasi yang melonjak. Setalah sempat “tertidur” selama beberapa tahun, meski dengan upaya bank sentral yang mencoba membangkitkannya kembali, pertumbuhan harga tiba-tiba meledak hanya dalam beberapa bulan terakhir.
Awalnya Dianggap “Sementara”
Kenaikan inflasi yang terjadi sempat digambarkan oleh Federal Reserve AS dan bank sentral utama lainnya di dunia hanya bersifat sementara. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang cepat pasca pandemi, dan diperkirakan akan mencapai puncaknya di awal 2022 dan selanjutnya bisa mulai mereda.
Bank Sentral Salah Perkiraan
Kondisi berkembang selanjutnya dengan lonjakan inflasi yang tinggi melebihi target bank sentral. Tampaknya bank sentral membuat kesalahan karena pertumbuhan harga justru melaju melampaui semua ekspektasi didorong oleh berbagai faktor yang bersama-sama mendorong inflasi ke multi-dekade atau rekor tetinggi tanpa ada tanda-tanda sudah mencapai puncaknya sejauh ini.
Akibat Uang “Gratis”
Banyak ekonom yang berpikir bahwa lonjakan inflasi tersebut tidak muncul hanya dalam semalam. Mereka menilai ini adalah hasil dari proses jangka panjang, merujuk pada pencetakan uang yang sangat besar yang dipompa ke dalam ekonomi selama perlambatan pandemi, yang dilakukan bank sentral untuk menjaga mereka tetap bertahan dan mempertahankan suku bunga ultra-rendah.
Selain itu, perang di Ukraina menyebabkan reaksi berantai dalam mengangkat harga energi dan harga komoditas. Hal ini dikarenakan keputusan dunia Barat untuk mengurangi dan akhirnya melarang impor minyak mentah, gas alam, batu bara, dan sejumlah bahan baku lainnya dari Rusia.
Sanksi EU dan Efek Domino
Ancaman dari sanksi embargo minyak Rusia oleh Uni Eropa memiliki konsekuensi. EU sangat bergantung pada energi Rusia. Dengan aktifitas ekonomi yang sudah melambat secara signifikan, akan memicu efek domino yang meluas ke ekonomi barat tapi juga menyebabkan destabilisasi ekonomi global.
Sebagai dampaknya, harga energi dan bahan baku yang lebih tinggi secara signifikan menyebabkan kenaikan harga produk akhir yang berkontribusi pada penyebab kedua dari kenaikan inflasi yang didorong oleh biaya, sedangkan kenaikan harga yang kuat disertai gangguan pasokan yang berkelanjutan mengakibatkan kekurangan produk yang mendorong harga mereka lebih tinggi dan menunjukkan penyebab ketiga dari pertumbuhan harga yang kuat, yaiitu inflasi yang diakibatkan meningkatnya permintaan.
Ancaman Resesi di Negara Maju
Dengan inflasi di AS yang melonjak tinggi, 8.3%, Inggris 9%, dan Eropa yang juga mencapai 7% memakssa bank sentral bertindak segera menaikkan suku bunga. Inggirs sudah mengawalinya, disusul oleh Fed, dan ECB datang dengan terlambat di bulan Juli mendatang. Ekonom memperkirakan kenaikan 3-4 kali tahun ini dan berharap pengetatan kebijakan akan membawa inflasi yang mengamuk di atas target bank sentral bisa segera terkendali.
Tapi situasi ekonomi yang memburuk karena lonjakan inflasi menimbulkan ancaman kuat bahwa banyak negara maju dapat meluncur ke dalam resesi dalam beberapa bulan mendatang, karena sebagian bank sentral telah menurunkan perkiraan pertumbuhan mereka di sisa tahun 2022 dan awal 2023. (forexlive, windsorbrokers)
Meskipun bukan minggu yang relatif banyak data di masing-masing kawasan, tapi topik utama tentang kekhawatiran resesi membuat market menunggu petunjuk dari data PMI. Inggris yang diakui sudah dalam tahapan hampir resesi dengan inflasi nyaris masuk ke dobel digit, hanya merilis data PMI yang mungkin akan menjadi indikasi lanjutan. Sementara posisi yang mengkhwatirkan adalah kebijakan China yang tetap memicu kekhawatiran global. Tapi jika kabar bagus terus mengalir dari China, maka diharapkan bisa mengangkat pasar. Sementara Eropa hanya berkutat pada data PMI, Jepang justru terfokus pada komitmen BOJ yang menjaga kebijakan tetap longgar. Apakah market bisa mulai bergerak leluasa atau kembali tertekan? Data ekonomi akan menajdi petunjuknya. Sementara FOMC Minutes kemungkinan tidak akan terlalu ditanggapi pasar secara berlebih mengingat pernyataan Fed sebelumnya sudah menunjukkan mereka mendukung kenaikan 50 bps.
Fokus Pekan ini:
Turbulensi di pasar finansial sudah berlangsung berminggu-minggu dan tidak ada yang mengetahui kapan akan segera melunak. Berbulan-bulan lamanya investor bertanya-tanya sebenarnya seberapa banyak takaran kenaikan suku bunga yang terlalu banyak itu? Apa yang akan menjadi pendorong ekonomi ke jurang dan masuk ke resesi? Minggu depan mungkin saja kita mendapatkan petunjuk karena market beralih ke mode penghindaran risiko (risk-averse) dan dolar tergelincir sementara yield merosot, emas pun rally. Apakah kini ketakutan akan resesi mulai mendominasi?
Survey ekonomi minggu depan bisa memberi kita gambaran bagaimana khawatirnya dunia bisnis terhadap inflasi dan seberapa buruk yang mereka harapkan akan terjadi. Di sisi lain, kita juga akan mendengar dari beragam pembuat kebijakan bank sentral tentang pandangan mereka terhadap data terbaru dan apakah mereka masih yakin bahwa resesi akibat pengetatan dapat dihindari.
Pembukaan minggu depan diawali dengan pemilu di Australia saat akhir pekan ini yang bisa membuat pembukaan hari Senin lebih menarik. Juga jangan lupakan Minutes dari Fed Meeting yang sudah terjadi beberapa waktu lalu (FOMC Mei).
AS
Di AS, tema minggu depan lebih kepada data ekonomi yang lebih lemah. Minat terhadap risiko akan mendapat tantangan karena diperkirakan aktifitas manufaktur, data perumahan, personal spending yang melemah dan perlambatan yang sangat lambat akibat tekanan harga. Fed Minutes untuk pertemuan 4 Mei yang lalu sudah berlalu dan akan memiliki dampak yang kecil karena pernyataan Fed terbaru mendukung kenaikan 50 bps di pertemuan berikutnya. Raphael Bostic akan berbicara tentang outlook ekonomi di hari Senin dan Esther George akan bicara di hari Rabu. Keduanya mendukung kenaikan 50 bps.
Sementara itu trader juga akan fokus pada perjalanan Presiden AS Joe Biden selama 5 hari di Asia yang akan termasuk presscon dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, pertemuan dengan PM Jepang Fumio Kishida dan puncak KTT di Jepang.
EU
Sebagian besar data Eropa yang rilis di awal minggu depan merupakan data tingkat 1 dan dengan hari libur Bank di hari Kamis memastikan bahwa pasar akan relatif tenang.
Data PMI akan menjadi petunjuk untuk tanda-tanda pertumbuhan yang melambat dan tekanan inflasi yang meningkat. ECB terlambat bergabung dengan “pesta” kenaikan suku bunga, tapi kabar mengatakan bahwa kenaikan pertama akan datang segera di bulan Juli. Petunjuk lebih lanjut akan dicari dari kehadiran beragam pembuat kebijakan.
Kawasan Eropa terus lanjutkan pekerjaan mereka untuk embargo minyak Rusia dengan Hungaria masih tetap dengan pendiriannya.
Inggris
Inggris menghadapi resesi dan inflasi dua digit di mana kedua hal tersebut sudah dikatakan oleh BOE. Biaya hidup menyusul ekonomi dan diperkirakan akan membebani selama berbulan-bulan yang akan datang meskipun ada upaya dari bank sentral yang mulai mengetatkan kebijakan moneternya sejak akhir tahun lalu, jauh lebih cepat daripada bank sentral lain.
Gubernur Bailey akan bicara kembali di hari Senin. Sementara data hanya terfokus pada PMI di hari Selasa yang akan memberi petunjuk lebih lanjut tentang ekonomi dan inflasi.
China
China lanjutkan pertempurannya dengan pandemi dengan kebijakan zero-Covid yang kaku. Pemerintah telah berlakukan penguncian yang ketat di Shanghai dan kota-kota lainnya, dan telah menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengganggu rantai pasokan global.
Karena kasus Covid yang mulai turun, China perlahan melonggarkan pembatasan pandemi tersebut. Otoritas telah mengatur Juni sebagai tanggal tentatif untuk pembukaan di Shanghai, tapi tanggal ini kemungkinan akan ditunda jika ada kenaikan jumlah kasus Covid.
Australia
Australia mengadakan pemilihan Federal di hari Sabtu 21 Mei dengan kampanye yang berfokus pada isu ekonomi dan China. Koalisi sayap kanan PM Scott Morrison mengalami kekalahan dari partai buruh dalam pemilu Sabtu kemarin. Anthony Albanese akan menjadi PM Australia baru menggantikan Scott Morrison.
Sementara data PMI dan Retail Sales akan menjadi data menarik untuk disimak minggu depan.
Jepang
Inflasi inti sentuh 1.1% bulan lalu dan di atas target BOJ untuk pertama kalinya sejak 2008.
Kenaikan inflasi ini tidak diharapkan untuk bertahan lama meskipun energi menjadi kunci dari kenaikan dan pendapatan tidak meningkat secara signifikan. Bank sentral diharapkan tetap berkomitmen dengan kebijakan ultra-longgarnya meskipun harus bertarung dengan pasar karena kebijakan mengontrol grafik yield.
(marketpulse)
HIGH EVENT – ECONOMIC CALENDAR
Senin
US Chicago Fed National Activity Index, EUR German IFO Business Climate, US President Biden meets with Japan PM Kishida, US Fed Bostic speech, US Fed’s George speech, UK BOE Bailey speech, WORLD GAS Conference in Daegu, Korea
Selasa
US President Biden attends Quad Summit in Japan, EUR PMI, EUR German PMI, UK PMI, US New Homes Sales, US PMI
Rabu
US FOMC Minutes, US Durable Goods, RBNZ Rate Decision, ECB Holzmann speaks, EUR German GDP, EIA Crude Oil Inventory Report
Kamis
US GDP, US Initial Jobless Claims, NZD PM Arden speaks, CAD Retail Sales
Jumat
US PCE Price Index, US Personal Spending, US Personal Income, US Consumer Sentiment, NATO Parliamentary Assembly spring session, AUD Retail Sales, JPY Tokyo CPI
Weekly Technical Outlook
Meskipun bukan minggu yang relatif banyak data di masing-masing kawasan, tapi topik utama tentang kekhawatiran resesi membuat market menunggu petunjuk dari data PMI. Inggris yang diakui sudah dalam tahapan hampir resesi dengan inflasi nyaris masuk ke dobel digit, hanya merilis data PMI yang mungkin akan menjadi indikasi lanjutan. Sementara posisi yang mengkhwatirkan adalah kebijakan China yang tetap memicu kekhawatiran global. Tapi jika kabar bagus terus mengalir dari China, maka diharapkan bisa mengangkat pasar. Sementara Eropa hanya berkutat pada data PMI, Jepang justru terfokus pada komitmen BOJ yang menjaga kebijakan tetap longgar. Apakah market bisa mulai bergerak leluasa atau kembali tertekan? Data ekonomi akan menajdi petunjuknya. Sementara FOMC Minutes kemungkinan tidak akan terlalu ditanggapi pasar secara berlebih mengingat pernyataan Fedsebelumnya sudah menunjukkan mereka mendukung kenaikan 50 bps.
FOREX
EURUSD: Ada secerca harapan untuk lanjutnya bullish mengingat weekly diakhiri dengan Bullish Engulfing. Tapi kembali posisi ini belum menguntungkan bagi Euro karena kondisi ancaman dari embargo minyak Rusia yang bisa membuat Eropa tergelincir dalam resesi lebih cepat. Tapi sinyal positif dari ECB membuatnya bangkit untuk sementara waktu. Tapi jika kenaikan kurang energi untuk naik di atas 1.08, maka kami melihat peluang turun di bawah 1.04 bisa kembali terjadi!
Resistance : 1.0658, 1.0707, 1.0968
Support : 1.0318, 1.0185, 0.9600
Outlook : Bullish
INDEKS SAHAM ASIA
Hang Seng: Weekly ditutup oleh formasi Morning Star yang berarti harapan kenaikan itu tetap ada. Apalagi muncul tepat di zona support yang juga berpeluang menjadi Double Bottom. Hanya saja jangan terlalu euphoria, karena tantangan ke depan masih cukup besar untuk Hang Seng naik. Double Bottom butuh efforts untuk tembus 22450. Jika gagal, maka waspadai kembali tergelincir terutama masih berlakunya lockdown, meski secara bertahap mulai dikurangi.
Resistance : 20841, 21214, 21554
Support : 20550, 20200, 19633,
Outlook : Bullish
NIKKEI: Rejection masih terlalu kuat di resistance. Meski ada harapan untuk rally, tapi Bullish Flag Daily harus tembus 27030. Jika kembali gagal, maka penurunan bisa lebih dalam. Apalagi Nikkei sangat bergantung dengan pergerakan Nasdaq dalam beberapa bulan terakhir. Jadi, sentimen pasar saham utama AS akan membuat penentuan apakah rally bisa terjamin atau justru kembali diseret turun.
Resistance : 26785, 26913, 27243
Support : 26075, 25992, 25530,
Outlook : Bullish
CFD
Dow Jones: Meskipun terjadi rebound di hari Jumat jelang penutupan, tapi weekly masih belum terlalu meyakinkan bagi Dow kembali rally. Jadi, Daily mungkin saja mendorong naik untuk beberapa hari ke depan, tapi kekhwatiran resesi global membuatnya berat untuk rally berlarut-larut. Butuh kenaikan di atas 32500 untuk membuatnya menjadi kokoh. Tapi selama level tersebut sulit ditaklukkan, kami mewaspadai penurunan di bawah 30587 seperti yang sempat terjadi minggu lalu.
Resistance : 31465, 31605, 32000,
Support : 31146, 30954, 30587
Outlook : Bearish
CRUDE OIL: Range lebar tetap diperkirakan terjadi di minggu depan dengan resistance utama tetap ada di kisaran 112 dan 114, dengan catatan bahwa hal ini belum menjadi jaminan jika rally bisa lanjut. Tapi setidaknya jika 112 dan 114 bisa ditembus, maka terbuka harapan untuk kembali menjajaki area 120 seminggu ke depan. Tapi hati-hati! Karena kekhawatiran resesi juga bisa pertanda berkurangnya permintaan atau daya beli. Hanya saja kondisi fundamental sebenarnya cenderung Bullish bagi Oil. Hal ini bisa diharapkan tidak membuat oil turun terlalu lama di bawah 100 seperti yang sempat terjadi minggu lalu dan kembali dengan cepat di atas 105.
Resistance : 112.05, 116.41, 121.82
Support : 107.68, 105.78, 102.27
Outlook : Bullish
Candle weekly berhasil ditutup dengan bullish yang sangat kuat. Tanda-tanda rebound nampaknya bisa berlanjut di minggu depan. Apalagi data ekonomi cenderung terbatas. Sementara secara area, kami meragukan kenaikan bisa mendorong terlampau kuat hingga di atas 1.28 kembali. Apalagi Inggirs menjadi yang pertama berada dekat dengan inflasi 2 digit yang berarti ancaman resesi tersebut makin nyata. Pernyataan Bailey minggu depan diragukan bisa mengangkat pound. Tapi pound jelas butuh melampaui 1.2769 untuk membuatnya berada di sisi Bullish kembali. Setidaknya jangka pendek.
Resistance : 1.2532, 1.2665, 1.2780
Support : 1.2329, 1.2155, 1.2078
Outlook : Bullish
Weekly berakhir dengan candle bullish yang ditutup setengah badan dari long black sebelumnya. Ini pertanda bagus dan sangat dibutuhkan untuk sinyal reversal dari tekanan 1 bulan terakhir. Meski belum tentu sinyal kuat untuk naik di atas 1865, tapi ini langkah awal. Gangguan kemungkinan akan muncul di awal dan akhir pekan depan. Tapi selama support 1805 tetap kokoh, maka tidak ada yang harus dikhawatirkan bagi bullish, Hanya saja kami mewaspadai jika kembali gagal menembus di atas 1865. Ini akan menjadi sinyal bearish kembali mendominasi bagi Emas. Kekhawatiran pasar terhadap resesi global berpotensi menahan penurunan berlebih untuk minggu depan. Tapi jika Fed tetap yakin terhindar resesi, maka Emas bisa kembali turun.
Resistance : 1849.00, 1865.00, 1872.00
Support : 1828.50, 1810.00, 1798.90
Outlook : Bullish
Daily masih berada di sisi H&S yang berpotensi menekan kembali USDJPY. Penurunan harusnya bisa lanjut setidaknya menyelesaikan target H&S ini. Hanya saja dengan posisi kebijakan ultra-longgar BOJ, kami rasa penurunan akan menemukan benturan saat mendekati area 124/125, kemudian berbalik naik kembali. Hal ini memang bertentangan dengan keinginan meredam pelemahan Yen berlebih, tapi nyatanya kebijakan BOJ lah yang membuat USDJPY tetap berpeluang kembali naik. Waspada dengan penembusan kembali resistance 129 yang akan mendorongnya naik hingga 131/132.
Resistance : 131.35, 132.51, 135.06
Support : 128.62, 127. 50, 126.31
Outlook : Bearish
FOREX | LATEST | END OF LAST WEEK | 3-MONTHS AGO | 1-YEAR AGO |
---|---|---|---|---|
GBPUSD | 1.2445 | 1.2260 | 1.3446 | 1.3826 |
EURUSD | 1.0573 | 1.0407 | 1.1233 | 1.2019 |
USDJPY | 127.74 | 129.24 | 115.12 | 109.27 |
AUDUSD | 0.7023 | 0.6936 | 0.7066 | 0.7716 |
COMMODITIES | ||||
XAUUSD | 1842.70 | 1810.30 | 1796.80 | 1768.10 |
CLSCID | 108.93 | 110.08 | 63.46 | 88.12 |
INDEKS SAHAM | ||||
DJI | 31408 | 32084 | 34913 | 33807 |
HSI | 20427 | 19768 | 23818 | 28528 |
NKI | 26735 | 26550 | 27125 | 28830 |
KSP | 349.25 | 345.75 | 357.50 | 421.90 |